MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS e-LEARNING UNTUK
PEMBELAJARAN MASA KINI DAN MASA YANG AKAN
DATANG
A. Pendahuluan
Indonesia yang terletak diantara 6º LU sampai 11º LS dan 95º BT sampai
141º BT adalah negara kepulauan terbesar di dunia yang terletak diantara dua
benua, Asia dan Australia dengan jumlah kepulauan 17.000 lebih yang membentang dari
sabang ke merauke. Kondisi geografi ini sedikit banyaknya menjadi kendala dalam
penyebarluasan layanan pendidikan dan pelatihan yang menggunakan metode
konvensional (tatap muka) kepada seluruh warga negara.
Wahana utama dalam pengembangan sumber daya manusia adalah pendidikan dan
pelatihan. Namun bila memperhatikan keadaan geografi, sosial-ekonomi dan beragamnya
kebudayaan Indonesia, maka jelaslah bahwa sudah tidak memadai lagi (tidak
praktis) apabila hanya mengandalkan cara-cara pemecahan tradisional semata.
Karena itu, berbagai strategi alternatif yang berkaitan dengan permasalahan
perlu dijajagi, dikaji dan diterapkan.
Dalam era global seperti
sekarang ini, setuju atau tidak, mau atau tidak mau, harus berhubungan dengan
teknologi khususnya teknologi informasi .Oleh karena itu, kita sebaiknya tidak
‘gagap’ teknologi. Banyak hasil penelitian menunjukkan bahwa siapa yang
terlambat menguasai informasi, maka terlambat pulalah memperoleh
kesempatan-kesempatan untuk maju.
Informasi sudah merupakan
‘komoditi’ sebagai layaknya barang ekonomi yang lain. Oleh karena itu tidak
mengherankan kalau ada perguruan tinggi yang menawarkan jurusan informasi atau
teknologi informasi, maka perguruan tinggi tersebut berkembang menjadi pesat.
Kecepatan yang diiringi dengan
tuntutan kebutuhan dapat memberikan sumbangan potensial pada sektor pendidikan
dan pelatihan. Salah satu model pembelajaran yang ditawarkan adalah model
inovasi e-learning. e-Learning atau electronic learning kini semakin dikenal
sebagai salah satu cara untuk mengatasi masalah pendidikan, baik di
negara-negara maju maupun di negara yang sedang berkembang. Banyak orang
menggunakan istilah yang berbeda-beda dengan e-learning, namun pada prinsipnya
e-learning adalah pembelajaran yang menggunakan jasa elektronika sebagai alat
bantunya.
e-Learning memang
merupakan suatu teknologi pembelajaran yang relatif baru di Indonesia. Untuk
menyederhanakan istilah, maka electronic
learning disingkat menjadi e-learning.
Kata ini terdiri dari dua bagian, yaitu ‘e’
yang merupakan singkatan dari ‘electronica’
dan ‘learning’ yang berarti
‘pembelajaran’. e-Learning berarti pembelajaran dengan menggunakan jasa bantuan
perangkat elektronika. Jadi dalam pelaksanaannya e-learning menggunakan jasa audio, video atau perangkat komputer
atau kombinasi dari ketiganya.
Dalam berbagai literatur, e-learning
didefinisikan sebagai berikut:
e-learning adalah pembelajaran yang pelaksanaannya didukung oleh jasa teknologi seperti telepon, audio, videotape, transmisi satelite atau komputer.
e-learning adalah pembelajaran yang pelaksanaannya didukung oleh jasa teknologi seperti telepon, audio, videotape, transmisi satelite atau komputer.
Tujuan penulisan makalah adalah
untuk mendeskripsikan hal-hal yang berkaitan dengan pembelajaran berbasis e-Learning
yang meliputi: (1) pendidikan di masa depan, (2) konsep e-Learning, (3)
pemanfaatan e-Learning dalam pembelajaran, (4) model pembelajaran e-Learning,
dan (5) kelebihan dan kekurangan e-Learning.
B. Pembahasan
Observasi para ahli sebagaimana telah dikemukakan di atas mengisyaratkan
bahwa pendidikan di masa depan cenderung menjadi multidisipliner, jaringan yang
terpadu, terkait pada produktivitas tepat waktu, pluralistik, lebih
dialogis/sinkronis,lebih terbuka dan mudah diakses serta lebih bersaing secara
alami.
Pada tahun 1989, Bishop G. telah meramalkan bahwa pendidikan di masa
depan cenderung menjadi luwes, terbuka, beraneka ragam, terjangkau oleh
siapapun yang ingin belajar tanpa mengenal usia, jenis kelamin, pengalaman
belajar sebelumnya, dan sebagainya.
.
Internet memiliki potensi luar biasa
sepanjang infrastruktur sistem telepon yang ada dapat diandalkan disertai
peralatan yang telah tersedia, yang telah mendorong orang untuk menyadarinya
dan telah dilatih untuk penggunaannya. . Dampak kuat dari lahirnya globalisasi
akan menghasilkan perubahan dalam pendidikan dan pelatihan. Untuk itulah diperlukan ilmu pendidikan dan
metode-metode pembelajaran yang baru. Struktur ketrampilan kejuruan dan
pengetahuan mengalami perubahan guna mendukung kegiatan belajar seumur hidup
dan belajar berkelanjutan yang berfungsi untuk mempersiapkan para pekerja
memenuhi tuntutan atau kepentingan industri.
Teknologi tinggi hendaknya
untuk menjangkau yang tidak terjangkau, dan ketepatan teknologi tinggi adalah
apabila infrastrukturnya digunakan secara bijak. Dengan keadaan yang
demikianlah, belajar jarak jauh dan pendidikan terbuka/jarak jauh akan menjadi pelopor memasuki dekade
baru”.
Konsep e-Learning
E-learning bukan sekadar bermain dan berselancar di
dunia maya, klik sana-sini untuk pindah dari satu situs ke situs lain, men-download,
berlatih, mencerna, menjawab pertanyaan, menemukan, dan menyebabkan dirinya
berubah, menjadi lebih cerdas, menjadi dapat belajar lebih banyak lagi.
Banyak
para ahli yang mendefinisikan e-learning
sesuai sudut pandangnya. Karena e-learning kepanjangan dari elektronik learning
ada yang menafsirkan e-learning sebagai bentuk pembelajaran yang memanfaatkan
teknologi elektronik (radio, televisi, film, komputer, internet, dll).
Secara
lebih rinci Rosenberg (2001) mengkategorikan tiga kriteria dasar yang ada dalam
e-Learning, yaitu:
a. e-Learning bersifat jaringan, yang membuatnya mampu memperbaiki
secara cepat, menyimpan atau memunculkan kembali, mendistribusikan, dan sharing
pembelajaran dan informasi. Persyaratan ini sangatlah penting dalam e-learning,
sehingga Rosenberg menyebutnya sebagai persyaratan absolut.
b. e-Learning dikirimkan kepada pengguna melalui komputer dengan
menggunakan standar teknologi internet. CD ROM, Web TV, Web Cell Phones,
pagers, dan alat bantu digital personal lainnya walaupun bisa menyiapkan pesan
pembelajaran tetapi tidak bisa digolongkan sebagai e-learning.
c. e-Learning terfokus pada pandangan pembelajaran yang paling luas,
solusi pembelajaran yang menggungguli paradigma tradisional dalam pelatihan.
Uraian
di atas menunjukan bahwa sebagai dasar dari e-Learning
adalah pemanfaatan teknologi internet. e-learning
merupakan bentuk pembelajaran konvensional yang dituangkan dalam format digital
melalui teknologi internet. Oleh karena itu e-Learning
dapat digunakan dalam sistem pendidikan jarak jauh dan juga sistem pendidikan
konvensional. Dalam pendidikan konvensional fungsi e-Learning bukan untuk mengganti, melainkan memperkuat model
pembelajaran konvensional
Pada
dasarnya cara penyampaian atau cara pemberian (delivery system) dari e-Learning, dapat digolongkan menjadi
dua, yaitu:
1.
One way communication
(komunikasi satu arah); dan
2.
Two way communication
(komunikasi dua arah).
Komunikasi
atau interaksi antara guru dan murid memang sebaiknya melalui sistem dua arah.
Dalam e-learning, sistem dua arah ini juga bisa diklasifikasikan menjadi dua,
yaitu:
1. Dilaksanakan melalui cara langsung
(synchronous). Artinya pada saat instruktur memberikan pelajaran, murid dapat
langsung mendengarkan; dan
2. Dilaksanakan melalaui cara tidak
langsung (a-synchronous). Misalnya pesan dari instruktur direkam dahulu sebelum
digunakan.
Pemanfaatan e-Learning
dalam Pembelajaran
Dunia pendidikan terimbas pula
oleh pesatnya perkembangan jagat maya. Sekolah lewat internet menjadi sesuatu
hal yang memungkinkan. e-learning, sebuah alternatif media pendidikan yang tidak
mengenal ruang dan waktu. Model sekolah lewat internet seharusnya
ideal buat negeri kita.
Pemanfaatan
e-learning tidak terlepas dari jasa internet. Karena teknik pembelajaran yang
tersedia di internet begitu lengkap, maka hal ini akan berpengaruhi terhadap
tugas guru dalam proses pembelajaran. Dahulu, proses belajar mengajar
didominasi oleh peran guru disebut the
era of teacher, sementara siswa hanya mendengar penjelasan guru. Kemudian,
proses belajar dan mengajar didominasi oleh peran guru dan buku (the era of teacher and book) dan pada
saat ini proses belajar dan mengajar
didominasi oleh peran guru, buku dan teknologi (the era of teacher, book and technology).
Teknologi
internet pada hakekatnya merupakan perkembangan dari teknologi komunikasi
generasi sebelumnya. Media seperti radio, televisi, video, multi media, dan
media lainnya telah digunakan dan dapat membantu meningkatkan mutu pendidikan.
Apalagi media internet yang memiliki sifat interaktif, bisa sebagai media massa
dan interpersonal, dan sumber informasi dari berbagai penjuru dunia, sangat
dimungkinkan menjadi media pendidikan lebih unggul dari generasi sebelumnya.
Dengan fasilitas yang dimilikinya, internet menurut Onno W. Purbo (1998) paling
tidak, ada tiga hal dampak positif
penggunaan internet dalam pendidikan yaitu:
a.
Peserta didik dapat
dengan mudah mengambil mata kuliah dimanapun di seluruh dunia tanpa batas
institusi atau batas negara.
b.
Peserta didik dapat
dengan mudah berguru pada para ahli di bidang yang diminatinya.
c.
Kuliah/belajar dapat
dengan mudah diambil di berbagai penjuru dunia tanpa bergantung pada
universitas/sekolah tempat si mahasiswa belajar. Di samping itu saat ini hadir pula perpustakan internet yang
lebih dinamis dan bisa digunakan di seluruh jagat raya.
Penelitian
di Amerika Serikat tentang pemanfaatan teknologi komunikasi dan informasi untuk
keperluan pendidikan diketahui memberikan dampak positif (Pavlik, 19963)).
Studi lainya dilakukan oleh Center for Applied Special Technology (CAST),
“bahwa pemanfaatan internet sebagai media pendidikan menunjukan positif
terhadap hasil belajar peserta didik4)”.
Walaupun
masih banyak kendalanya, terlebih di Indonesia, kesenjangan mutu pendidikan
antar-daerah seperti itu setidaknya bisa dijembatani dengan model sekolah lewat
internet, e-learning. Syaratnya, mengubah paradigma teaching
menjadi learning. Pembelajaran (learning) berbeda dengan
pengajaran (teaching). Banyak definisi, redefinisi, atau kutipan
mengenai learning. Intinya, belajar itu menyangkut perubahan terhadap
diri-sendiri, mengubah perilaku, melakukan discovery (menguak apa yang
semula tertutup). Sedangkan dalam pengajaran guru atau instruktur memberikan
waktu, energi, dan usaha untuk menyiapkan murid atau anak didik sesuai dengan
tujuan instruksional. Guru memberi, murid menerima. Namun, orang yang diajar
oleh guru atau melalui komputer belum tentu belajar, karena hasil belajar
mensyaratkan adanya perubahan terhadap diri-sendiri.
Pengembangan Pembelajaran Berbasis e-Learning
Pengembangan
pembelajaran berbasis e-learning perlu dirancang secara cermat sesuai tujuan
yang diinginkan. Jika kita setuju bahwa e-learning di dalamnya juga termasuk
pembelajaran berbasis internet, maka pendapat Haughey (1998) perlu
dipertimbangkan dalam pengembangan e-learning. Menurutnya ada tiga kemungkinan
dalam pengembangan sistem pembelajaran berbasis internet, yaitu web course, web centric course, dan web enhanced course”. Web course adalah penggunaan internet untuk keperluan
pendidikan, yang mana peserta didik dan pengajar sepenuhnya terpisah dan tidak
diperlukan adanya tatap muka. Seluruh bahan ajar, diskusi, konsultasi,
penugasan, latihan, ujian, dan kegiatan pembelajaran lainnya sepenuhnya disampaikan
melalui internet. Dengan kata lain model
ini menggunakan sistem jarak jauh.
Web centric course adalah penggunaan
internet yang memadukan antara belajar tanpa tatap muka (jarak jauh) dan tatap
muka (konvensional). Sebagian materi disampaikan melalui internet, dan sebagian lagi melalui
tatap muka. Fungsinya saling melengkapi. Dalam model ini pengajar bisa
memberikan petunjuk pada siswa untuk mempelajari materi pelajaran melalui web
yang telah dibuatnya. Siswa juga diberikan arahan untuk mencari sumber lain
dari situs-situs yang relevan. Dalam tatap muka, peserta didik dan pengajar
lebih banyak diskusi tentang temuan materi yang telah dipelajari melalui
internet tersebut.
Model web enhanced course
adalah pemanfaatan internet untuk menunjang peningkatan kualitas pembelajaran
yang dilakukan di kelas. Fungsi internet adalah untuk memberikan pengayaan dan
komunikasi antara peserta didik dengan pengajar, sesama peserta didik, anggota
kelompok, atau peserta didik dengan nara sumber lain.
Pengembangan e-learning tidak
semata-mata hanya menyajikan materi pelajaran secara on-line saja, namun harus
komunikatif dan menarik. Materi pelajaran didesain seolah peserta didik belajar
dihadapan pengajar melalui layar komputer yang dihubungkan melalui jaringan
internet.
Komunikasi
atau interaksi antara guru dan murid memang sebaiknya melalui sistem dua arah.
Dalam e-learning, sistem dua arah ini juga bisa diklasifikasikan menjadi dua,
yaitu:
1. Dilaksanakan melalui cara langsung (synchronous). Artinya pada saat
instruktur memberikan pelajaran, murid dapat langsung mendengarkan; dan
2. Dilaksanakan melalaui cara tidak
langsung (a-synchronous). Misalnya
pesan dari instruktur direkam dahulu sebelum digunakan.
Syarat
personal berarti pengajar dapat berinteraksi dengan baik seperti layaknya
seorang guru yang berkomunikasi dengan murid di depan kelas. Dengan pendekatan
dan interaksi yang lebih personal, peserta didik diperhatikan kemajuannya,
serta dibantu segala persoalan yang dihadapinya. Hal ini akan membuat peserta
didik betah berlama-lama di depan layar komputernya.
Secara ringkas, e-learning perlu
diciptakan seolah-olah peserta didik belajar secara konvensional, hanya saja
dipindahkan ke dalam sistem digital melalui internet. Oleh karena itu
e-leraning perlu mengadaptasi unsur-unsur yang biasa dilakukan dalam sistem
pembelajaran konvensional. Misalnya dimulai dari perumusan tujuan yang
operasional dan dapat diukur, ada apersepsi atau pre test, membangkitkan
motivasi, menggunakan bahasa yang komunikatif, uraian materi yang jelas, contoh-contoh
kongkrit, problem solving, tanya jawab, diskusi, post test, sampai penugasan
dan kegiatan tindak lanjutnya. Oleh karena itu merancang e-learning perlu
melibatkan pihak terkait, antara lain: pengajar, ahli materi, ahli komunikasi,
programmer, seniman, dan sebagainya.
Kelebihan Dan Kekurangan e-Learning
Beberapa
kelebihan e-learning yaitu:
a. Tersedianya fasilitas e-moderating di
mana guru dan siswa dapat berkomunikasi secara mudah melalui fasilitas internet
kapan saja tanpa dibatasi oleh jarak, tempat dan waktu.
b. Guru dan siswa dapat menggunakan bahan
ajar atau petunjuk belajar yang terstruktur dan terjadual melalui internet,
sehingga keduanya bisa saling menilai sampai berapa jauh bahan ajar dipelajari;
c. Siswa dapat belajar atau me-review bahan
ajar setiap saat dan di mana saja kalau diperlukan mengingat bahan ajar
tersimpan di komputer.
d.
Bila siswa memerlukan
tambahan informasi yang berkaitan dengan bahan yang dipelajarinya, ia dapat
melakukan akses di internet secara lebih mudah.
e.
Baik guru maupun siswa
dapat melakukan diskusi melalui internet yang dapat diikuti dengan jumlah
peserta yang banyak, sehingga menambah ilmu pengetahuan dan wawasan yang lebih
luas.
f.
Berubahnya peran siswa
dari yang biasanya pasif menjadi aktif;
g.
Relatif lebih efisien.
Misalnya bagi mereka yang tinggal jauh dari perguruan tinggi atau sekolah
konvensional, bagi mereka yang sibuk bekerja, bagi mereka yang bertugas di
kapal, di luar negeri, dsb-nya.
Adapun kekurangan e-learning yaitu:
a.
Kurangnya interaksi
antara guru dan siswa atau bahkan antar siswa itu sendiri.
b.
Kecenderungan
mengabaikan aspek akademik atau aspek sosial dan sebaliknya mendorong tumbuhnya
aspek bisnis/komersial;
c. Proses belajar dan mengajarnya cenderung
ke arah pelatihan daripada pendidikan;
d. Berubahnya peran guru dari yang semula
menguasai teknik pembelajaran konvensional, kini juga dituntut mengetahui
teknik pembelajaran yang menggunakan ICT;
e. Siswa yang tidak mempunyai motivasi
belajar yang tinggi cenderung gagal;
f. Tidak semua tempat tersedia fasilitas
internet (mungkin hal ini berkaitan dengan masalah tersedianya listrik, telepon
ataupun komputer);
g. Kurangnya tenaga yang mengetahui dan
memiliki ketrampilan soal-soal internet; dan
h.
Kurangnya penguasaan
bahasa komputer.
Profil peserta e-Learning adalah seseorang yang mempunyai motivasi belajar mandiri yang tinggi
dan memiliki komitmen untuk belajar secara sungguh-sungguh karena tanggung
jawab belajar sepenuhnya berada pada diri peserta belajar itu sendiri (Loftus,
2001),
Pengkritik e-Learning mengatakan bahwa “di samping daerah jangkauan kegiatan
e-Learning yang terbatas (sesuai dengan ketersediaan infrastruktur), frekuensi
kontak secara langsung antarsesama siswa maupun antara siswa dengan nara sumber sangat minim,
demikian juga dengan peluang siswa yang terbatas untuk bersosialisasi
(Wildavsky, 2001). Terhadap kritik ini, lingkungan pembelajaran elektronik
dapat membantu membangun/mengembangkan “rasa bermasyarakat” di kalangan peserta
didik sekalipun mereka terpisah jauh satu sama lain.
Guru atau instruktur dapat menugaskan
peserta didik untuk bekerja dalam beberapa kelompok untuk mengembangkan dan
mempresentasikan tugas yang diberikan. Peserta didik yang menggarap tugas
kelompok ini dapat bekerjasama melalui fasilitas homepage atau web. Selain itu,
peserta didik sendiri dapat saling berkontribusi secara individual atau melalui
diskusi kelompok dengan menggunakan e-mail (Website kudos, 2002).
Concord Consortium (2002)
(http://www.govhs.org/) mengemukakan bahwa pengalaman belajar melalui media
elektronik semakin diperkaya ketika peserta didik dapat merasakan bahwa mereka
masing-masing adalah bagian dari suatu masyarakat peserta didik, yang berada
dalam suatu lingkungan bersama..
Lebih jauh dikemukakan bahwa di
dalam kegiatan e-Learning, para guru dan peserta belajar mengungkapkan bahwa
mereka justru lebih banyak mengenal satu sama lainnya. Para
peserta belajar sendiri mengakui bahwa mereka lebih mengenal para gurunya yang
membina mereka belajar melalui kegiatan e-Learning. Di samping itu, para guru
e-Learning ini juga aktif melakukan pembicaraan (komunikasi) dengan orangtua
peserta didik melalui telepon dan email karena para orangtua ini merupakan
mitra kerja dalam kegiatan e-Learning. Demikian juga halnya dengan komunikasi antara sesama para
peserta e-Learning.
C. Kesimpulan
Kata-kata kunci bagi
pendidikan masa depan: luwes, terbuka, bervariasi, akses, internet, multimedia,
saling berbagi, interaktivitas, jaringan, jarak jauh, on-line, dua arah atau
dialogis, tepat waktu, terpadu, kolaboratif, sesuai, multi disiplin, dan
kompetitif. Keseluruhan ini mengandung makna bahwa berbagai tantangan di masa
depan adalah berupa bagaimana teknologi baru dapat digunakan secara bijak dan
tepat untuk menjawab kebutuhan-kebutuhan global.
Satu
hal yang perlu ditekankan dan dipahami adalah bahwa e-Learning tidak dapat
sepenuhnya menggantikan kegiatan pembelajaran konvensional di kelas. Tetapi,
e-Learning dapat menjadi partner atau saling melengkapi dengan pembelajaran
konvensional di kelas., Belajar mandiri merupakan “basic thrust” kegiatan pembelajaran elektronik, namun jenis
kegiatan pembelajaran ini masih membutuhkan interaksi yang memadai sebagai
upaya untuk mempertahankan kualitasnya.
D.Implikasi
Sejarah IT dan Internet tidak dapat
dilepaskan dari bidang pendidikan. .Demikian pula Internet di Indonesia mulai
tumbuh dilingkungan akademis (di UI dan ITB).Adanya Internet memungkinkan
seseorang di Indonesia untuk mengakses perpustakaan di Amerika Serikat.
Mekanisme akses perpustakaan dapat dilakukan dengan menggunakan program khusus
(biasanya menggunakan standar Z39.50, seperti WAIS)atau melalui web browser
(Netscape dan Internet Explorer). Tanpa adanya Internet banyak tugas dan
presentasi yang mungkin membutuhkan waktu yang lebih banyak untuk diselesaikan.
Kerjasama antar pakar dan juga
dengan mahasiswa yang letaknya berjauhan secara fisik dapat dilakukan dengan
lebih mudah. Dahulu, seseorang harus berkelana atau berjalan jauh untuk menemui
seorang pakar untuk mendiskusikan sebuah masalah. Saat ini hal ini dapat
dilakukan dari rumah dengan mengirimkan email. Bayangkan apabila seorang
mahasiswa di Irian dapat berdiskusi masalah kedokteran dengan seoran pakar di
universitas terkemuka di pulau Jawa. Mahasiswa dimanapun di Indonesia dapat
mengakses pakar atau dosen yang terbaik di Indonesia dan bahkan di dunia.
Batasan geografis bukan menjadi masalah lagi.
Sharring informasi juga sangat
dibutuhkan dalam bidang penelitian agar penelitian tidak berulang (reinvent the wheel). Hasil-hasil
penelitian di perguruan tinggi dan lembaga penelitian dapat digunakan
bersama-sama sehingga mempercepat proses pengembangan ilmu dan teknologi.
Bagi Indonesia, manfaat-manfaat
yang disebutkan di atas sudah dapat menjadi alasan yang kuat untuk menjadikan
Internet sebagai infrastruktur bidang pendidikan. Untuk merangkumkan manfaat
Internet bagi bidang pendidikan di Indonesia:
·
Akses ke perpustakaan;
·
Akses ke pakar;
·
Menyediakan fasilitas
kerjasama.Inisiaif-inisiatif penggunaan IT dan Internet di bidang pendidikan di
Indonesia.
DAFTAR
PUSTAKA
Cisco, (2001).
e-Learning: Combines Communication, Education, Information, and Training.
Robinson, ET.
(2001). Knowlarge as Commodity: How do e-commerce a e-learning Relate.
Available,
nurhikmahhasyim.files.wordpress.com/.../makalah-seminar-nasional2.
budi.insan.co.id/articles/riau-it.doc